BERSOSIAL YANG BAIK DENGAN ETIKA DAN EMPATI
Atas nama kebebasan, beberapa orang berlaku seenak jidat. Dengannya, beberapa orang mengeksplorasi segala hal demi terpenuhinya birah-birahi duniawi dan kepentingan sendiri tanpa memerdulikan lingkungan sekitar sama sekali
Atas nama kebebasan, kaidah agama, kaidah moral,
kaidah etik, kaidah sosial runtuh dengan sendirinya. Hubungan kausalita antara
hamba dengan Tuhannya, antara hamba dengan hamba lainnya terkesan kecut jika di
rasakan.
Di sisi lain, kebebasan yang lebih mengindikasikan
pada tak beraturannya seseorang, justru menjadikan seseorang tersebut kesepian.
Seperti yang di katakan Dr. Fahruddin Faiz, “Semakin kamu mengejar kebebasan,
maka kamu akan tertinggal dari yang lain, yang pada akhirnya menjadikanmu
kesepian. Padahal, manusia benci akan kesepian”.
Jadi, ada dua kemungkinan bagi seseorang yang serakah
dalam menaungi kebebasan. Pertama, ia adalah orang yang meresahkan, dikarenakan
ia sewenang-wenang dalam bertindak. Orang lain akan terganggu sebab tingkah
lakunya. Kedua, ia adalah orang yang menyusahkan, dikarenakan dirinya tak
terikat dengan sendi-sendi sosial yang nyata. Orang lain menjadi terpaksa
membinanya sebab keterasingannya.
Fenomena seperti ini jelas tidak selaras dengan kaidah
sosial ala kanjeng nabi yang berbunyi:
خير الناس انفعهم للناس
Sebaik-baiknya manusia ialah dia yang bermanfaat
terhadap orang banyak
Kita semua pasti sepakat untuk tidak merugikan orang lain. Jika tidak bisa memberikan manfaat pada orang lain, paling minimalnya tidak menjadi beban orang lain. Namun, jika anda ingin menempati derajat terbaik, anda harus ikut andil, ikut berpartisipasi, ikut berkontribusi dalam jalannya roda masyarakat supaya nyaman dan baik.
Caranya? Mudah sebenarnya, tumbuhkanlah dalam selung
sanubari terdalam anda rasa empati terhadap sesama. Rasa respect dan iba yang
begitu kuat nuansanya agar kita memandang orang lain sama seperti memandang
diri sendiri. Anda harus berusaha untuk bersikap seakan berada di posisi orang
lain sehingga pancaran ketulusan anda bisa memancar ke banyak orang.
Dengan empati, relasi yang dulu pernah hilang dari dalam diri anda tumbuh sedikit demi sedikit. Hal ini yang kelak akan memicu dan menstimulan diri anda untuk senantiasa mengaktualisasi diri agar mampu menebarkan manfaat dan perhatian kepada banyak orang
Sudah menjadi rahasia umum bahwasannya manusia
merupakan makhluk sosial. Manusia sudah di titahkan untuk terus terikat antara
satu sama lain, mau tidak mau satu orang menyambung tangan dengan orang lain
sekalipun sebenarnya dia mampu untuk melakukannya sendirian. Seadigdayanya seorang
pemimpin, ia pasti membutuhkan bantuan anak buahnya. Di sinilah letak pentingnya
kepedulian sosial. Diriwayatkan
Ath-thabrani :
ما آمن بي من بات شبعان وجاره جائع إلى جانبه وهو يعلم
Tidaklah beriman seseorang yang hanya kenyang sendiri sementara dia tahu tetangga sekitarnya kelaparan.
Jika di tarik lebih dalam
lagi, empati bisa lebih matang ketika seseorang beretika terhadap orang lain. Karena
pada hakikatnya berempati kepada orang lain sama saja dengan menghormatinya. Mana
mungkin anda bersedia untuk mengulurkan tangan anda pada orang lain yang mana di
saat bersamaan anda tidak menjunjung tinggi kehormatannya terlebih dahulu.
Seandainya anda tidak memiliki etika terhadap orang lain, jangkan memberikan manfaat, diterima dalam suatu circle sosial sudah susah untuk di harapkan. Rasa respect dan iba tidak mungkin muncul tiba-tiba tanpa di lalui rasa penghormatan terhadap sesama. Nasib anda akan mirip dengan orang yang serakah dalam menerapkan kebebasan, yakni kesepian dan keterasingan.
Dua hal ini, etika dan empati
tidak bisa dipisahkan. Keduanya merupakan dua bilangan, frase, variabel yang
tidak dapat diceraikan. Ibarat nasi yang pastinya jadi setelah beras.
Demi terlakasananya kehidupan
sosial yang baik, ubahlah perilaku anda agar beretika. Lalu di saat itu juga, anda akan berempati kepada orang lain. Puncaknya, insyaallah, anda mampu
mendapati derajat orang terbaik dalam tatanan sosial seperti yang di pesankan kanjeng
nabi S.A.W.
Wallahu a’alamu bisshoab
0 Response to "BERSOSIAL YANG BAIK DENGAN ETIKA DAN EMPATI"
Post a Comment