Siklus 'Gor Omong Tok'

     Haqqul yaqin, pembaca tulisan ini pasti sering sekali bertemu dengan seorang ber visi tinggi, tujuan luhur, memiliki konstruksi mulia tetapi untuk bangun subuh saja ia berdalih tubuhnya kaku karena baru memakan daging sapi. Dalih tersebut berulang-ulang di meta yang sama. Tak berubah sedikitpun. Bahasa kasarnya, lambe karo obahe gak sinkron. Saya pernah dengar, orang yang seperti ini lahirnya bagian kepala dulu baru bagian kakinya. Entahlah.

    Apa yang anda rasakan ketika melihat sesosok yang seperti ini? Atau jangan jangan dia adalah anda sendiri? Oke.

    Sadarkah anda mengapa para masyayikh ketika dawuh dawuh, itu sangat sebentar. Pastinya, nilai-nilai kebajikan sudah beliau lakukan dalam kesehariannya. Nilai-nilai kebajikan itu termanifestasi dalam perilaku, bukan pada janji atau visi basi!

    Saya pribadi, benar-benar tidak rela ketika orang yang memiliki otoritas sesederhana lingkungan pesantren memiliki tabiat yang seperti ini. Baguslah seseorang memiliki nalar kritis untuk melahrikan kreativitas demi kemajuan. Tapi bedebahlah jika dia berkata sambil tiduran.

    Tak hanya di situ, sering sekali orang-orang dengan tabiat seperti ini mengatakan lingkungannya sangat lah buruk, kemudian di banding dengan lingkungan lainnya, memerinci problem yang ada. Padahal yah, orang-orang inilah aktor dari kemunduran tersebut. Dialah karakter utama dan sosok yang bertanggung jawab atas fenomena kemunduran tersebut.

    Maka benarlah maqalah fenomenal yang sering di dengungkan di Pesantren:

لسان الحال أفضل من لسان المقال

    Pengucapa secara perilaku lebih baik daripada pengucapan secara lisan

    Benarlah bahwa kebaikan-kebaikan harus tetap di kumandangkan meskipun belum di lakukan (seperti yang di dawuhkan Gus Baha). Namun ketika fenomena 'gor omong tok' menjadi lazim dan yang tersebar hanya sebatas ucapan, lalu siapa yang melakukan?!.


Shofi Mustajibullah Saya Shofi Mustajibullah lulusan SDN Dipenogoro Gondanglegi, SMPN 01 MOJO, SMAN 01 MOJO, PONPOES Al-falah. Saat ini masih mengenyam pendidikan di Universitas Islam Malang dan Pondok Pesantren Kampus Ainul Yaqin

Related Posts

0 Response to "Siklus 'Gor Omong Tok'"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel