MENGAPA ORANG JAHAT TERTAWA DAN ORANG BAIK MENANGIS?
Dalam beberapa opera karya nonfiksi yang banyak kita ketahui, seringkali tokoh protagonis (tokoh utama) digambarkan dengan penokohan yang cengeng. Sementara itu, tokoh antagonis (tokoh yang bertentangan dengan tokoh utama) memiliki pembawaan tawa sombong yang memiliki tatapan tajam. Misalnya, tangisan tokoh utama dari serial anime populer yang bernama Uzumaki Naruto. Dia seringkali ditampilkan sebagai tokoh yang begitu cengengnya ketika menghadapi berbagai problematik. Bahkan, sebagai tokoh utama, Naruto termasuk karakter yang memiliki beban dan momen traumatik lebih banyak daripada karakter lainnya.
Ironis dengan penggambaran karakter antagonisnya, seperti Madara, Obito dan villain lainnya. Keaungkuhan yang disertai tawa congkaknya menjadikan para musuh tokoh utama tersebut sangat menyebalkan.
Tentu, sebagai penonton sering merasa jengkel. Mengapa orang yang dinarasikan sebagai tokoh baik, terus menerus menerima cobaan, sehingga dibuat oleh penulisnya menjadi tokoh yang cengeng. Sedangkan tokoh yang sangat kita benci, justru sering kali dibuat tertawa. Pasti, kita menganggap bahwa alur yang demikian tidaklah adil. Mengapa orang jahat tertawa, sedangkan orang baik menangis?
Banyak alasan yang mendasari hal ini. Namun, pola utamanya disebabkan karena kompleksitas psikologi manusia. Tawa sering dimaknai sebagai respon psikologis atas kondisi yang ceria, berbalik dengan tangis yang merupakan respons psikologis atas kondisi sedih. Tokoh baik, sangat diharapkan senantiasa ada pada kondisi yang ceria. Tokoh jahat, pun diharapakan terus dalam kondisi dalam kesedihan dan keterpurukan. Kenyataannya, semuanya berbanding berbalik.
Ilustrasi ini bisa terjadi ketika ditarik pada latar belakang setiap karakter. Hampir seluruh karakter antagonis memiliki pengalaman awal yang sangat amat tragis. Hasilnya muncul sifat antipati dan ketidak seimbangan mental. Bukan berarti sang karakter minim moral dan empati, walaupun secara obyektif memang tindakannya tidak baik.
Karakter baik, sering digambarkan sebagai pribadi yang peka pada kondisi sekitar. Punya ikatan sosial yang tinggi, tekad yang kuat, harapan agung sehingga ia memiliki perasaan yang rentan dan mudah menangis.
Sekali lagi, fenomena ini disebabkan karena kompleksitas psikologis manusia.
Pada kenyataannya, justru lebih prah lagi. Dalam realita, kita sering memosisikan orang kaya sebagai antagonis dan orang miskin sebagai protagonis. Orang kaya dengan aset yang melimpah sering meluapkan tawa, sedangkan orang miskin dengan tangis setiap harinya dipenuhi kesedihan dan keputusasaan. Saya hanya berasumsi, bahwa tangis dan tawa adalah respon dari kondisi seseorang yang muncul atas kompleksitas psikologisnya.
Tawa tidak bisa dikaitkan dengan orang jahat. Orang baik juga boleh tertawa. Pun dengan tangisan. Pasti orang jahat pernah menangis. Sisi terdalam seseorang begitu rumit dan tidak bisa dibedakan antara tangis dan tawa.
0 Response to "MENGAPA ORANG JAHAT TERTAWA DAN ORANG BAIK MENANGIS?"
Post a Comment