EKSISTENSIALISME PAIN AKATSUKI
![]() |
Seluruh anggota Pain Akatsuki dan Konan |
ITAMI O KANJIRU..... (mersahakan kepedihan)
Beberapa penikmat anime-manga ‘Naruto’ sepakat bahwa dalam serialnya, arc (bagian cerita) terbaik adalah “arc pain akatsuki”. Bahkan banyak yang mengatakan bahwa vibe keseruan serial Naruto selesai setelah “arc pain akatsuki” usai. Saya sepakat dengan apa yang di katakan para penikmat Naruto mengenai arc tadi. Karena di dalamnya mencakup banyak elemen menarik, mulai dari kerja keras Naruto dalam mempelajari Senjutsu, Emosional ketika Jiraya mati, Perburuan Jinchuruki yang hampir pada puncaknya dan yang tak kalah istimewanya, arc ini bernada eksistensialisme.
ITAMI
O KANGAERU (memikirkan kepedihan)
ITAMI
O SHIRE (untuk mengetahui kepedihan)
Sedikit intermezo, kalau pain adalah kumpulan enam orang yang sudah mati dan di gerakkan oleh satu orang, yang tak lain adalah Nagato, sahabat terbaik pemimpin pain yakni Yahiko yang tewas saat pengkhianatana Hanzo. Mulanya, akatsuki di ciptakan atas respon korban perang dari negara kecil yang di prakasai Yahiko, Nagato, dan Konan. Singkat cerita, mereka menggaet beberapa orang yang sevisi lalu menunjukkan pada dunia arti kedamaian sesungguhnya. Naas, setelah Yahiko, selaku pemimpin akatsuki, mati, ideologi akatsuki berubah sepenuhnya yang menyatakan bahwa semua umat manusia harus merasakan kepahitan, kepedihan dengan cara mengumpulkan seluruh biju yang tersebar di berbagai negara. Mesikpun ideologi akatsuki khususnya pain ini terkesan memaksa, namun di titk itulah penggambaran secara gamblang pada prinsip eksistensialisme.
ITAMI
O SHIRANU MONO NI (orang yang tidak tau kepedihan)
HONTO
NO HEIWA WAKARAN (tidak akan merasakan kedamaian sebenarnya)
Filsafat eksistensialisme tidak jauh dari tema kepedihan, penderitaan, kemuakkan. Dengan segala sifat-sifat kejam tersebut, seseorang akan sadar secara penuh pada dirinya bahwa dirinya hidup, dia merasakan waktu selambat mungkin, dia akan memahami sedetail mungkin persaan dirinya dan orang lain. Dan semua hal yang sudah di sebutkan tadi merupakan prinsip dasar pain akatsuki. Funfact, pain merupakan bahasa inggris dari kepedihan. Kita dapat mengetahuinya dari perjalanan mereka, dari setiap dialog mereka, dan dari ancaman yang mereka gaungkan pada negar-negara besar. Ternyata, tidak hanya pain akatsuki yang memiliki pemikiran realistis seperti ini, beberapa antagonis seperti Madara memiliki pemikiran yang sama. Madara pernah berkata, “Genjutsu o miro, konoyo wa omoidori ni wa ikanai koto bakarida, nagaku ikireba ikiribu hodo, genjitsu wa kurushimi to itami to, munashi-sa dake ga tadayotte iru koto ni kidzuku” (Lihatlah kenyataan, tidak ada sesuatu yang berjalan sesuai rencana di dunia ini. Semakin lama kau hidup, semakin kau menyadari hanya ada rasa sakit penderitaan dan kegagalan di dunia ini). Rasanya, tokoh anatogonis dalam serial Naruto lebih berkharisma dan realistis daripada omong kosong karakter-karakter protagonisnya.
KOKO
YORI (dan sekarang)
SEKAI
NI ITAMI O (dunia ini harus menerima kepedihan)
Ada
salah satu ungkapan Pain Akatsuki yang menurut saya menjadi gebrakan bagi filsafat
eksistensialisme pada sisi moral, yaitu, “Seseorang hanya akan memahami perasaan
orang lain hanya saat dia pernah mentgalami kepedihan”. Sekarang coba, anda
terapkan perkataan ini. Atau sekarang anda coba lakukan eksperimen kecil. Hari ini,
coba lakukan tindakan hedon yang berlebihan, tidak pernah merasakan kelaparan, selalu
nyaman ketika ingin tidur. Sekejap, anda tidak akan mampu memahami perasaan sekecil
apapun dalam sanubari orang orang lain. Anda hanya membenarkan asumsi anda
sendiri terhadap peringai orang lain. Meskipun mencoba menilik lebih, tindakan
anda sia-sia. Hanya orang-orang yang mau menerima kepedihan yang mampu menerima
persanaan orang lain. Belajarlah merasakan kepedihan.
SHINRA
TENSEI
0 Response to "EKSISTENSIALISME PAIN AKATSUKI"
Post a Comment