IDEIALIS BERAGAMA ITU SEPERTI APA?
Pembaca tidak akan menemukan rentetan penjelasan-penjelasan idealis dalam beragama pada tulis. Tulisan ini benar-benar kebuntuan yang di alami penulis mengenai bentuk paripurna dalam beragama. Secara garis besar, hanya pada bagian dua ibadah hati yang menjadi kemusykilan penulis, namun lebih mendasar dan lebih meluas. Yaitu bahagian syukur dan sabar.
Sebagai seorang muslim,
sudah lazim untuk melaksanakan kedua ibadah tersebut dalam sehari-sehari. Ketika
menghadapi suatu problem (balak) maka bersabarlah, ketika mendapatkan banyak
kenikmatan (nuamak) maka bersyukurlah. Kedua ibadah tersebut setidaknya
memiliki pola demikian.
Namun siapkah pembaca
menyandingkan kedua ibdaha ini, yakni syukur dan sabar terhadap realita? Analoginya
seperti ini, ketika kita kenyang setelah lapar, sontak kita berucap syukur lalu
melontarkan dalil “nikmat mana yang kau dustakan”. Di sisi lain, semisal kita
mendapatkan nilai ujian yang buruk sontak beristighfar lalu menandungkan dalil “orang
yang sabar di sayang tuhan”. Bukankah begitu?
Maka betapa materialisnya
kebanyakan orang. Dalam artian, terdapat kesenjangan ketika melakukan dua ibadah tersebut. Hanya mereka anak-anak
yang biaya kehidupannya mampu di cukupi orang tuanya yang dapat bersyukur dan
hanya merekalah yang lahir dalam kemiskinan struktural yang pantas untuk
bersabar. Lalu kapan anak-anak korporat dan darah biru itu bersabar dan kapan
anak-anak yang menemani ibunya bekerja sebagai badut pengemis itu bersyukur.
Kadang penulis sering mendambakkan orang lain agar jangan mengeluh, terus bersyukur, hadapi hidup dengan kesenangan. Lambat laun penulis tersadar, apa yang di dambakkan adalah hal subjektif yang di alami penulis sendiri. Ada sebagian orang terdekat mengalami problematika ekonomi, keluarga, kesehatan, masa depan, harga diri dan banyak banyak sekali problem yang di alami mereka, lantas penulis seakan memaksa mereka bersyukur. Apakah itu ideal? Bukankah subyektif?
Ada satu postingan di facebook yang menjadikan penulis pada puncak kemusykilan dalam hal ini yang bertuliskan, "Di suruh bersyukur sama orang yang punya privilage".
Atau mungkin ada banyak
hal yang penulis tidak tahu mengenai ibadah syukur dan sabar? Penulis memiliki
komitmen untuk dapat menjabarkan lebih lanjut mengenai peletakan ibadah syukur
dan sabar terhadap realita sesuai kemampuan penulis, sekaligus menjadikan
pedoman hidup dalam melaksanakan kedua ibdah tersebut. Jadi, penulis berharap
sepenuh hati kepada Allah melalui tulisan ini agar penulis menemukan jawaban yang
mampu menentramkan hati materialis ini. Amin
Sekian.
0 Response to "IDEIALIS BERAGAMA ITU SEPERTI APA?"
Post a Comment