NALAR YANG TERUS BERPACU

Kata kunci di society 5.0 adalah penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Begitulah sekiranya penekanan materi pada pertemuan pertama kajian kontemporer Pondok Pesantren Kampus Ainul Yaqin Unisma yang di ajarkan oleh KH. Zainul Fadhli, M.Kes. beliau mengawali materi dengan penjelasan bahwasannya di era sekarang sudah mencapai society 5.0. Para pakar mengklasfikasikan society menjadi lima tingkatan:

·         Society 1.0, ketika manusia yang masih ada di budaya primtif.

·         Society 2.0, ketika manusia sudah mulai mengenali sumber daya alam

·         Society 3.0, ketika manusia mulai mengenali industri dan isntrumen-instrumen teknologi

·         Society 4.0, di temukannya komputer dan perangkat-perangkat lainnya

·         Society 5.0, optimalisasi teknologi (era yang di proklamirkan jepang)

Pembahasan kala itu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi serta keharusan dan keniscayaan dalam memahaminya. Bahkan kyai Zainul Fadhli menitik beratkan bahwa kita sebagai hamba Allah harus senantiasa memahami perkembangan iptek supaya kita tidak tertinggal atau bahakan sekedar menjadi obyek teknologi.

Karena dasar itulah nalar manusia harus di kembangkan dan di pacu sekreatif mungkin. Dengan tujuan agar kita umat islam bisa bersama-sama dalam mengarungi zaman yang bergerak cepat secar dinamis.

Nalar manusia benar-benar perlu untuk di eksploitasi seindependen mungkin. Bahkan Syaikh Tamtawi dari al-Azhar menyampaikan bahwasannya Allah ta’ala men-challange kita umat manusia untuk memperdayakan akal kita itu lebih dari 750 ayat lebih.

Kemudian pemateri memaparkan penafsiran Imam Ibnu Katsir dari penggalan ayat Surah al-Imron ayat 190, لِأُولِي الْأَلْبَابِ dengan tafsiran ذوى عقول التمة الزكية (kepemilikan akal yang sempurna dan jernih). Yakni bernalar secar logis, kretif, konstruktif, dan produktif.

Lalu Imam Ibnu Katsir melanjutkannya, التى تدرك الأشيأ بحقائقهاعلى جليتها (dengan nalar cerdas itulah, ia mampu mehamai setiap hal, bersarkan fakta dan hakikatnya)

Menggunakan apa manusia dapat memahami realitas yang ada? Kemabali ke pembasan awal, yakni menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sebagai penutup, kyai Zainul Fadhli berharap kita sebagai santri bisa dan mampu menyerap zaman dengan nalar akal yang produktif dan konstruktif, di sambi dengan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukan orang yang menyia-nyiakan akal mulianya itu.

 وليسُ كصم البكم الذين لا يعقلون

Tetapi mereka bukanlah orang yang bisu dan tuli, orang-orang yang tidak mau menggunakan nalar kreatifnya.

Wallahu a’alamu bisshoab

Shofi Mustajibullah Saya Shofi Mustajibullah lulusan SDN Dipenogoro Gondanglegi, SMPN 01 MOJO, SMAN 01 MOJO, PONPOES Al-falah. Saat ini masih mengenyam pendidikan di Universitas Islam Malang dan Pondok Pesantren Kampus Ainul Yaqin

Related Posts

0 Response to "NALAR YANG TERUS BERPACU"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel