NGISAHI NAMPAN DAN TANGGUNG JAWAB MORAL
Dewasa ini, kita digiring oleh hegemoni untuk terus membela negara ini tanpa terkecuali. Gejolak darah yang memanas terus dikorbankan demi tanah air tercinta. Khususnya di lingkungan kampus, para aktivis berkobar-kobar membawa kata-kata sakral yang berbunyi, 'tanggung jawab moral' untuk terus menegakkan kebebasan dan kemerdekaan.
Aih, semua itu naif. Tanggung jawab moral tidaklah sesepele itu.
Agaknya perlu kita dudukan dulu seperti apa itu moral. Kalau anda menggambarkan moral adalah anak Sekolah Dasar yang lengkap membawa seragam saat upacara, itu kurang tepat. Demikian dari fenomen tersebut adalah taat pada norma, pada budaya organisasi, pada doktrin.
Pada prolog buku, 'Etika Bisnis' di jelaskan bahwa moral yang sebenarnya di gambarkan dengan sederhana, yakni seseorang duduk dengan rapi di atas kursi meja makan meskipun tak ada satupun orang di sekitarnya. Mudahnya, moral merupakan gerakan hati pada hal abstrak yang hakiki, tidak tertulis dalam prasasti dan sebagainya.
Menilik moral tidak dilihat dari perbuatannya, tapi dari ihwal yang ada di dalam sanubarinya. Begitu juga mempertanggung jawabkan moral itu sendiri. Baik di setiap saat dan setiap kondisi, itulah sedikit implementasi moral serta pertanggung jawabannya.
Untuk menggapai tanggung jawab moral tidak perlu tindakan besar. Anda mau ngisahi nampan setelah makan bersama, membersihkan kotoran yang dapat di jangkau, sudah menunjukkan bahwa anda mempertanggung jawabkan karunia berupa moral. Tanggung jawab moral setara dengan inisiatif
Jadi, sebelum menegakkan kemenangan bangsa yang konon terus kalah, menginvestigasi instansi yang tak becus dalam pengelolaan, isahi dulu nampanmu!
0 Response to "NGISAHI NAMPAN DAN TANGGUNG JAWAB MORAL"
Post a Comment