ANDA YANG ARGUMENTATIF AKAN KALAH DENGAN MEREKA YANG KONSUMTIF
Dunia pendidikan akademik maupun non-akademik pasti mencetak lulusan yang senantiasa mengkaji sesuatu dengan metodologi ilmiah, dalil absah serta mengkonfigurasikan dengan realita fakta yang ada. di pesantren misalnya, mengkaji suatu hal harus melalui kesepakatan bersama, biasa di sebut dengan Bahstul Masail yang kemudian di dapatkan konklusi akurat secara syara’.
Bahkan berargumenpun, bagi kalangan yang sudah terdidik selalu hati-hati dan berdasarkan kebenaran ilmiah. Berpikir dua kali kala berkata, baik dunia nyata maupun jagad maya. Menariknya adalah, mereka yang kesehariannya bergumul dengan pengetahuan lambat laun memahami perlunya memberi kesempatan perut mereka untuk kelaparan walaupun hanya sebentar. Hal ini bisa di sebut dengan tirakat, riyadhah (asketik). Para kiai-kiai kita sering mengajarkan unruk sering-sering tirakat supaya ilmu itu bisa masuk hingga relung hati yang paling dalam. Kalau kenyang itu hawanya kalo gak dolen ya sare, bukan belajar
Mereka menjadi sasaran empuk bagi kalangan produsen yang dapat di manipulasi melalui kebiasaanya yang konsumtif. Dengan kebiasaan konsumen abad ini yang maunya memamerkan di medsos masing-masing merek prodak daripada kualitas, maka para produsen memilih jalan cepat produksi supaya para konsumen sesegera mungkin membeli produknya, tak peduli dari mana uang yang di dapatkan.
Titik tolak permasalahan dari para konsumen akut ini adalah kalo sudah menyangkut orang lain. Hal ini benar-benar meresahkan.
Misal contoh kecilnya, ketika ada tugas kelompok kemudian orang ini sangat mengkonsumi
nongkrong di kafe hingga melupakan tugasnya secara sengaja, kan menyusahkan
ya....
Lalu di mana letak kekalahannya? Anda yang
argumentatif akan kalah telak jika berdialog, duduk bareng dengan mereka yang
konsumtif, akut lagi. Bagaimana tidak, kebiasaan mereka yang terus-terusan
mengkonsumi mulai dari pakan hingga informasi simpang siur menjadikan dirinya
bebal dan terlihat bodoh. Kekeh dengan argumen yang nggak jelas.
Mereka tidak mau memproduksi argumennya sendiri untuk dirinya
sendiri. Mereka mengkonsumsi argumen orang lain, sampai akhirnya Anda yang
mencoba memproduksi argumen sendiri, akan kalah dengan banyaknya orang yang mengkonsumsi
argumentasi orang lain yang bahkan tidak jelas kredibilitasnya. Mereka yang
konsumtif akut adalah orang-orang yang manja lebih daripada balita.
Wallahu a’alamu bisshoab
Siaaap Gus...
ReplyDeleteSemoga berlanjut tulisan ini
Nah, ini yg saya tunggu²
ReplyDeleteHehehe nggeh man, nyuwun doanya semoga Istiqomah
Delete